Kamis, 19 Januari 2012

Bermimpilah, Biarkan Tuhan Memeluk Mimpi-Mimpimu

Aku tak punya apa-apa, selain semangat dan mimpi-mimpi
Dan aku akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu. 

Itu adalah qoute Andrea Hirata dalam bukunya Sang Pemimpi. Dan itu adalah qoute yang gue tulis di halaman pertama skripsi gue, empat tahun yang lalu. Suka banget sama kalimat ini, membangkitkan gairah hidup, dan ini gue banget. 

Gue adalah full time dreamer. Bukan karena hoby gue tidur. Tapi gue seneng banget memimpikan dan merencanakan masa depan. Walaupun tentunya masa depan adalah hak prerogratif sang pencipta.
Gue juga adalah tipe think-ers, pemikir. Orang dengan tipe kepribadian seperti ini konon lebih mudah stres, dibanding yang let it flow, namun juga lebih sukses.  Bener banget sih, kadang gue ngerasa, sebenernya masalah gue tuh cuma A-B-C, tapi gue suka kebanyakan mikir, bisa A-Z gue pikirin. Kadang gue bisa jadi sangat perfeksionis, tapi kalo yang ini menular dari suami deh, secara si Aa tu detail banget orangnya. Dia perfeksionis di segala bidang. 

Balik lagi ke quote di atas. Sekarang di usia 1/4 abad, gue merasa bahwa banyak banget peristiwa-dan bahkan jalan hidup gue yang dimulai dari mimpi-mimpi.

Teringat sebuah kejadian sekitar 11 tahun yang lalu. Waktu itu gue baru aja masuk SMA, baru satu minggu sekolah. Dan gue udah nanya ke temen-temen gue, ntar pada mau kuliah dimana? Trus mereka pada ketawa. "Cha, kita baru juga masuk SMA, lo udah mikirin kuliah aja, jangan kebanyakan mikir deh". Gue sempet mikir *lagi-lagi ya gue mikiiir, emang salah ya omongan gue, karena saat itu gue emang udah sangat kebayang, mau kuliah apa, dimana, dan harus ngapain supaya bisa mencapainya.

Pertengahan 2001, awal tahun ajaran baru, gue sudah menentukan gue akan kuliah di IPB, walaupun waktu itu belum fix mau jurusan apa, dan gue tahu cara yang akan gue tempuh adalah melalui jalur USMI (PMDK/undangan seleksi masuk IPB/Jalur prestasi). Gue nanya ke temen-temen, mereka mau kuliah dimana, dan gue diketawain. Tiga tahun kemudian, saat pengumuman USMI IPB datang, dari semua mereka yang ketawa siang itu, cuma gue yang lolos. :) Bermimpilah, maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu.

Awal tahun 2008, gue dan aa sama-sama lagi ngerjain skripsi. Karena gue jurusan Ekonomi sedangkan aa Tekhnik Mesin, maka skripsi gue memang jauh lebih cepet selesai. Kami kuliah di kota yang berbeda, gue di Bogor, aa di Jogja. Waktu itu gue pengeen banget, aa bisa cepet selesai kuliah, dapet kerja di Jakarta, jadi kita ga perlu LDR lagi. Tiap hari gue ngasih aa semangat, supaya skripsinya bisa cepet selesai, supaya mimpi kita bisa segera terwujud, untuk bisa segera bareng-bareng lagi. Gue tahu, aa kerja keras banget biar bisa lulus bareng gue. Dan gue juga tahu, untuk anak-anak tekhnik, khususnya mesin, paling ga butuh lebih dari 4 tahun untuk nyelesain kuliah. Tapi kita yakin mimpi ini pasti bisa terwujud. 

Alhamdulillah berangkat dari mimpi, yang ternyata di ridhoi Allah, aa jadi lulusan tercepat di angkatannya. Dan orang kedua yang lulus setelah aa, hanya mampu menyusulnya hampir satu tahun kemudian. Bonus luar biasa dari Allah adalah, sebelum dia dinyatakan lulus, aa keterima kerja di perusahaan impiannya (yang membawanya ke Jepang sekarang).

Begitu juga dengan banyak kejadian lain, seperti beli rumah, awalnya cuma ngebayangin enak kali ya punya rumah mungil sendiri, walaupun di kampung, walaupun kecil, tapi yang penting punya sendiri. Memimpikan menikah dengan biaya sendiri, tanpa harus ngerepotin orang tua, yah kalaupun mereka mau bantu, jangan sampai jadi memberatkan, walaupun itu pernikahan yang sederhana. Disamping bermimpi, tentu harus ada kerja keras untuk mewujudkan mimpi-mimpi itu. Gue bersyukur, karena punya teman-teman dekat yang hard worker, bukan tipe penerima nasib, atau tipe anak mami yang ngarepin mobil/rumah/warisan dari mertua. Mereka bikin semangat untuk terus bermimpi jadi terpompa. Dua orang sahabat gue, punya rumah dari sebelum menikah. Satu sahabat yang lain, kebeli mobil di usianya yang baru 25tahun. Sementara 2 sahabat yang lain, masing-masing punya bisnis sampingan yang cukup maju. 

Kenapa mimpinya, melulu tentang harta/keberhasilan duniawi? Yes, money cant buy happiness, but so many happiness that you have to pay with money. Gue memimpikan jadi orang sukses, kuat secara finansial. Why? Ketika kita kuat secara finansial, kita akan kuat membantu orang lain. Ketika kita kenyang, kita akan memikirkan mereka yang lapar dan insya Allah akan tergerak untuk membantu. Ketika rezeki kita dimurahkan, kita memiliki kemungkinan dan kemampuan untuk membagi rezeki itu dengan orang lain. Orang yang lebih mapan memiliki kesempatan lebih besar untuk menolong orang lain. Dan sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang berguna bagi orang lain. 




0 komentar: